一:乱判葫芦案 下(红楼梦中文印尼文英文三语连环图)

红楼梦研究中心

51) Terbukalah kedok penculik yang sekarang tidak dapat berkutik lagi itu. Ia dihajar habis-habisan oleh pembantu-pembantu yang mengantar Hsueh Pan. Ia meminta ampun dan mengatakan bahwa perak yang diterimanya belum terpakai dan ia bersedia untuk mengembalikannya kepada mereka. <font color="#167efb">  (51) The kidnapper was exposed and could not excuse himself. He was beaten up severely by the servants who accompanied Hsueh Pan. He begged for forgiveness, saying that the silver he received from them was still not spent and he was willing to give it back to them.</font><div> </div> 52) Namun kedua pembeli itu tidak menginginkan peraknya kembali. Mereka menuntut pemilik anak perempuan itu. Feng-yuan mengatakan bahwa dialah yang lebih dulu membeli anak perempuan itu. Namun Hsueh Pan mengatakan bahwa ia membayar lebih banyak. Karena tidak mencapai kesepakatan, mereka beradu mulut. <br> <font color="#167efb">(52) But the two buyers did not want their silver back and insisted on having the girl. Feng-yuan claimed that he bought the girl first. But Hsueh Pan said he offered more silver for the girl. They could not compromise and argued.</font><div> </div> 53) Hsueh Pan, yang dijuluki Penguasa Bodoh, biasa bertindak sewenang wenang. Tidak ada orang yang berani menentang kemauannya. Karena Feng-yuan dengan sengaja menentangnya, ia menjadi marah dan memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk menghajamya. <br> <font color="#167efb">(53) Hsueh Pan, nicknamed Stupid Tyrant, was used to unreasonable . Nobody dared go against his will. Now that Feng-yuan purposely did not give in to him, he was furious and ordered his bodyguards to beat him up.</font><div> </div> 54) Atas perintah Hsueh Pan, pengawal-pengawalnya mulai memukuli Feng yuan. Feng-yuan bukan tandingan mereka. Sesudah beberapa saat ja terluka berat dan hampir kehabisan napas. <br> <font color="#167efb">(54) At the command of Hsueh Pan, the bodyguards rained their blows on Feng-yuan. Feng-Yuan was not their match, After a while, he was badly wounded and breathed very faintly.</font><div> </div> 55) Hsueh Pan tidak dapat menahan kemarahannya. Sementara Feng-yuan sekarat, ia memerintahkan pengawalnya untuk merusak semua barang di rumah penculik itu. Ia menyambar anak perempuan itu lalu pergi. <br> <font color="#167efb">(55) Hsueh Pan could not get over his fury. Leaving Feng-yuan behind, he ordered his bodyguard to smash up everything in the kidnapper's house. He grabbed the girl and walked away.</font><div> </div> 56) Feng-yuan dibawa pulang ke rumahnya. Karena lukanya parah, tiga hari kemudian ia meninggal. Ia tidak mempunyai orang tua atau saudara laki laki, kecuali seorang pembantu bernama Kao Ee yang bertahun-tahun menemaninya. Kao Ee adalah seorang sahabat yang baik<br> <font color="#167efb">(56) Feng-yuan was carried back home. As he was fatally wounded, he died in less than three days. He had no parents and brother, Only a servant, Kao Ee, kept him company many years. He was a true friend. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 57) Kao Ee bingung karena kejadian itu. Ia melihat orang jahat itu membunuh majikannya. Tidak ada anggota keluarga Feng yang dapat mengajukan tuntutan untuknya. Oleh karena itu ia melaporkan kasus itu kepada hakim agar terungkaplah pembunuhan majikannya. Pada waktu itu, Chia Yu-tsun baru saja mulai bekerja. <br> <font color="#167efb">(57) Kao Ee was ruffled by the incident. He saw the villain kill his master alive. There was no one in the Feng family to lodge a complaint for him. Thus, he reported the case to the judge in order to reveal the grievances of his master. At that time, Chia Yu-tsun had just assumed office. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 58) Hsueh Pan tidak menghiraukan kejadian itu. Ia mengubah nama anak yang diculiknya menjadi Hsiang Ling. Sementara itu ia menugaskan pembantu-pembantunya untuk mengurus pekerjaan rumah tangga sebab ia hendak pergi ke ibu kota dengan Hsiang Ling. <br> <font color="#167efb">(58) Hsueh Pan was nonchalant about the incident. He changed the name of the girl he abducted to Hsiang Ling. Meanwhile, he assigned the household chores to his old housekeepers, because he planned to make a trip to the Capital with Hsiang Ling. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 59) Saat akan berangkat pada hari yang ditentukan, ia mendengar berita bahwa seseorang dari keluarga Feng telah mengajukan tuntutan kepa. da hakim tentang kejadian itu. Ia menertawakannya dan bersikap masa bodoh. <br> <font color="#167efb">(59) As he was about to leave on the appointed day, he heard the news that somebody from the Feng family had complained to the judge about the incident. He laughed it off and pretended that nothing had happened.</font><div> </div> 60) Ia berkata dalam hati, "Kudengar hakim yang baru diangkat itu mendapatkan pekerjaannya karena pengaruh paman Chia Cheng. Biarkan saja mereka menuntut. Mengapa aku harus takut? Bahkan sekalipun itu kasus pembunuhan, aku dapat mengatasinya dengan sedikit uang." <br> <font color="#167efb">(60) He thought, "I hear the newly appointed judge got his job because of my uncle Chia Cheng's influence. Let them complain. Why should I be afraid? Even if it is a murder case, I can settle it with some money."</font><div> </div> 61) Pada suatu hari, Chia Yu-tsun memimpin sidang mengenai kasus pembunuhan itu. Ia membaca surat pernyataan, dan mengetahui bahwa dua orang berusaha membeli seorang anak perempuan. Mereka tidak dapat bersepakat, dan satu orang dibunuh oleh yang lain. Pembunuhnya masih bebas. Yang hadir hanya penggugatnya. <br> <font color="#167efb">(61) One day, Chia Yu-tsun conducted the proceeding on the case of homicide. He read the statement, and noticed that two buyers tried to buy a girl. They could not compromise and one was killed by the other. The killer was still at large. Only the plaintiff was present,</font><div> </div> 62) Yu-tsun meminta keterangan kepada penggugat, yang lalu mengatakan,“Majikan saya, Feng-yuan, baru-baru ini membeli seorang gadis kecil. Kemudian datanglah Hsueh Pan, yang karena merasa kaya dan berkuasa, merampas anak itu. Ia menganiaya majikan saya sampai mati. Saya mohon agar Yang Mulia menangkap pembunuhnya untuk memberikan keterangan." <br> <font color="#167efb">(62) Yu-tsun asked the plaintiff who said, “My master Feng-yuan bought a little girl the other day. Hsueh Pan, being rich and powerful, was determined to seize the girl. He beat my master to death. I beg your Highness to arrest the killer to bring him to book."</font><div> </div> 63) Mendengar itu, Yu-tsua menjadi marah dan dengan menggebrak meja ia berkata lantang, "Ini kejadian luar biasa! Pembunuhnya bebas tanpa dihukum. Di mana hukum dan tata tertibnya?" <br> <font color="#167efb">(63) On hearing this, Yu-tsun flew into a rage and, banging the table, said loudly, "What an incredible incident. The killer got away scot free, Where is law and order?"</font><div> </div> 64) Seketika ruangan menjadi sunyi sekali. Yu-tsun terlihat mengambil tongkat dari kotak untuk memberikan perintah penangkapan bagi tersangka untuk didengar keterangannya. <br> <font color="#167efb">(64) There was pin-drop silence in the court. Yu-tsun was seen picking up a warrant on a stick from the container and was about to order the guards to get the criminal for inquiry.</font><div> </div> 65) Pada saat itu seorang pembantu yang berada di sebelahnya memberikan isyarat supaya perintah penangkapan itu tidak dikeluarkan. <br> <font color="#167efb">(65) At that time, an attendent beside him suddenly gestured to him, implying that he should not issue the warrant.</font><div> </div> 66) Yu-tsun bingung dan melihat pembantu itu masih memberikan isyarat.Karena itu ia menarik kembali perintahnya dengan dalih akan mempela. jari kasusnya, dan menunda sidang. <br> <font color="#167efb">(66) Yu-tsun was puzzled and see the attendant still gesturing to him. He therefore held back the order and gave an excuse that he was going to study the case, adjourning the proceeding.</font><div> </div> 67) Chia Yu-tsun masuk ke ruangannya dan membubarkan para penjaga. Ia meminta supaya pembantu itu masuk untuk dimintai keterangan. <br> <font color="#167efb">(67) Chia Yu-tsun went into his room and dismissed the guards. He asked the attendant to enter because he wanted to find out what was all about. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 68) Pembantu itu mengerti maksudnya dan menemui Yu-tsun. Sambil tersenyum ia berkata, "Yang Mulia tentunya lupa kepada saya setelah naik pangkat dan hidup makmur belakangan ini." <br> <font color="#167efb">(68) The attendant understood what he meant and went to see Yu-tsun. He smilingly said, "Your Honour must have forgoteen me after these years of promotion and prosperity."</font><div> </div> 69) Yu-tsun berpikir sejenak dan berkata, "Saya rasa saya kenal kamu, tetapi saya tidak ingat siapa.” Pembantu itu berkata dengan tersenyum, "Bagaimana Yang Mulia dapat melupakan tempat asal Anda? Apakah Yang Mulia tidak ingat apa yang terjadi di Kuil Labu?" <br> <font color="#167efb">(69) Yu-tsun thought for a while, and said, "You look familiar to me, yet I can't remember." The attendant said smilingly, "How could your Highness forget your place of origin? Can your Highness remember what took place at the Gourd Temple?"</font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 70) Pembantu itu dulu adalah biarawan kecil di Kuil Labu. Ia pernah melayani Yu-tsun. Sejak terjadi kebakaran di kuil, biarawan itu tidak mempunyai tempat tinggal. Ketika mulai bekerja di sini sebagai pembantu, ia memanjangkan rambutnya dan mengubah namanya menjadi Wang Sen <br> <font color="#167efb">(70) This attendant was actually a little monk of the Gourd Temple. He once served Yu-tsun. Ever since the fire at the temple, this little monk had no place to settle down. He grew his hair and changed his name to Wang Sen when he started working here as an attendant.</font><div><font color="#167efb"> </font></div> 71) Bagaimana Yu-tsun dapat mengingat ini semua? Ia tersenyum dan berkata, "Tidak disangka-sangka saya dapat berjumpa teman lama di sini." Ia mempersilakan Wang Sen duduk. Yu-tsun berkata, "Silakan duduk, sungguh tidak apa-apa.” Mendengar ini Wang Sen duduk di sebelahnya. <br> <font color="#167efb">(71) How could Yu-tsun remember all this? He smiled and said, "I could not imagine that I could meet my old friend here." He invited Wang Sen to sit down, but the latter kept saying he would not do so. Yu-tsun said, "It doesn't matter if you sit down." With that, Wang Sen sat down beside him. </font><div><br></div> 72) Yu-tsun bertanya, "Tadi dalam sidang, ketika saya hendak mengeluarkan perintah menangkap tersangka, kamu memberikan isyarat untuk mence gah saya. Mengapa engkau lakukan itu?" <br> <font color="#167efb">(72) Yu-tsun asked, "Just now, at the proceeding, when I was on the point of issuing a warrant to arrest the criminal, you gestured to me to stop doing it. Why did you do that?''</font><div> </div> 73) Wang Sen berkata, "Anda mendapat kehormatan menjadi hakim di sini. Apakah Anda tidak mempunyai buku Pesona Perlindungan Pejabat?" Yu-tsun tidak mengerti dan bertanya, "Apakah Pesona Perlindungan Pejabat itu?". <br> <font color="#167efb">(73) Wang Sen said, "Your Highness had the honour of being the judge here. Don't you have a copy of the Officials' Protective Charm?" Yu-tsun did not understand and asked, "What is the Officials' Protective Charm?"</font><div> </div> 74) Wang Sen tersenyum dan berkata, "Sekarang semua pejabat lokal harus menghafal semua nama tokoh-tokoh berpengaruh; jika tidak, jabatannya terancam dan hidupnya tidak terjamin." <br> <font color="#167efb">(74) Wang Sen smiled and said, "Now all local officials should bear in mind all the names of the most influential gentry, otherwise they can't retain their posts and even their lives are not assured!"</font><div> </div> 75) Sambil berbicara, Wang Sen mengeluarkan salinan Pesona yang ditulis tangan itu dari ikat pinggangnya dan memberikannya kepada Yu-tsun. <br> <font color="#167efb">(75) As he was talking, Wang Sen took out a hand-written copy of the Charm from his belt and handed to Yu-tsun.</font><div> </div> 76) Ketika Yu-tsun memandang salinan itu, ia hanya dapat membaca beberapa baris seperti sajak anak-anak: <div><br><div><i>Orang-orang Chia, berbeda dengan orang biasa. Mereka mempunyai kamar. kamar dari permara, Kandang dari emas.</i></div><div><i><br></i></div><div><i>Istana O-Fang yang luas, Tiga ratus Li lebarnya, Apakah itu tidak cukup luas Untuk para Shih dari Chin-ling? </i></div><div><i><br></i></div><div><i>Apabila Raja Neptunus menghendaki Tempat tidur dari permata purih Ia akan meminta kepada keluarga Wang Dari Chin-ling.</i></div><div><i><br></i></div><div><i>katanya Orang-orang Hsueh dalam kebesarannya Begitu kaya, dan Emas bagaikan besi bagi me reka Dan mutiara bagaikan pasir. </i><br></div></div> <font color="#167efb">(76) When Yu-tsun looked at it, he could only read a few lines just like a nursery rhyme. <br><i>The Chias, are none</i></font><div><i><font color="#167efb">like common folks,</font></i></div><div><i><font color="#167efb">They have halls of jade,</font></i></div><div><i><font color="#167efb">Stables of gold.</font></i></div><div><i><font color="#167efb"><br></font></i></div><div><i><font color="#167efb">Vast-O-Fang Palace,</font></i></div><div><i><font color="#167efb">Three hundred Li-wide,</font></i></div><div><i><font color="#167efb">Isn't roomy enough</font></i></div><div><i><font color="#167efb">For the Shihs of Chinling. <br></font></i></div><div><i><font color="#167efb"><br></font></i></div><div><i><font color="#167efb">If the Neptune King wants,<br>A white-jade bed, <br>He applies to the Wangs <br>Of Chinling, it's said. </font></i></div><div><i><font color="#167efb"><br>The Hsuehs in their affluence grand, <br>Are so rich and <br>Gold is like iron to them, <br>And pearls like sand. </font></i></div><div><i><br></i></div> 77) Chia Yu-tsun sedang mengulang-ulang membaca Pesona Perlindungan Pejabat itu ketika seorang pesuruh memberitahukan, "Tuan Wang datang ingin bertemu.” Yu-tsun meminta Wang Sen untuk menunggu sebentar, karena ia ingin mengatakan sesuatu. Setelah merapikan pakaiannya, ia keluar menemui tamunya. <br> <font color="#167efb">(77) Chia Yu-tsun was reading the Officials' Protective Charm again and again when a messenger announced, "His Highness Wang has come to call on you." Yu-tsun told Wang Sen to wait for a while because he still had something to say. Making sure that he was neatly dressed, he went out to meet his guest. </font><div><br></div> 78) Tuan Wang adalah Kepala Staf Garnisun Metropolitan Wang Tze-Tang,paman Hsueh Pan. Ia datang sehubungan dengan insiden yang dialami Hsueh Pan, dan meminta Yu-tsun membantunya dalam kasus ini. <br> <font color="#167efb">(78) His Highness Wang was the Commander-in-chief of the Metropolitan Garrison Wang Tze-Tang Hsueh Pan's uncle. He came because of Hsueh Pan's incident and asked Yu-tsun to help in this case,</font><div> </div> 79) Sesudah beberapa lama, Yu-tsun kembali kepada Wang Sen dan meneruskan pembicaraan mengenai Pesona Perlindungan Pejabat. Wang Sen berkata, "Di kertas ini tertulis nama keempat keluarga itu. Mereka adalah tokoh berpengaruh atau bangsawan. Saya yakin Anda mengetahui apa yang harus dilakukan." <br> <font color="#167efb">(79) After a long while, Yu-tsun returned to Wang Sen and carried on talking about the Officials' Protective Charm. Wang Sen said, "On this paper are written the four tanilies, They are either the influential or the noble. I'm sure you Honour know what to do."</font><div> </div> 80) Wang Sen menambahkan, "Pembunuhnya, Tuan Hsueh, adalah yang disebut dalam sajak ini. Tiga keluarga lainnya mempunyai hubungan. Selir Chia adalah saudara sepupunya. Sekarang, siapa yang akan Anda pilih?" <br> <font color="#167efb">(80) Wang Sen added, "The killer, Master Hsueh, is what the words in this rhyme refer to. The other three families are related, Queen Chia is his cousin. Now who are you going to get?"</font><div> </div> 81) Mendengar itu, Yu-tsun bertanya kepada Wang Sen, "Saya tidak menyangka engkau begitu menguasai keadaan setempat. Dalam hal ini, apa usulmu untuk mengakhiri kasus pembunuhan ini?" <br> <font color="#167efb">(81) On hearing this, Yu-tsun asked Wang Sen, "I did not know you were so familiar with the local conditions. In this case, what do you propose to end this homicide case?" </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 82) Dengan tersenyum Wang Sen berkata, "Terus terang, saya tidak saja mengetahui kegiatan tersangka ini, tetapi juga penculiknya. Kecuali itu, tahukah Anda siapa anak perempuan itu?' <br> <font color="#167efb">(82) Wang Sen smilingly said, "To tell you the truth, I not only know the activities of this criminal, but also the kidnapper. Besides, your Honour, do you know who the girl is?</font><div><br></div> 83) Yu-tsun berkata, "Bagaimana saya tahu?" Wang Sen tersenyum sinis dan berkata, "Dulu orang ini membantu Anda. Anak perempuan itu adalah putri Tuan Chen yang tinggal di sebelah Kuil Labu. Nama kecilnya Ying lien." <br> <font color="#167efb">(83) Yu-tsun said, "How do I know?" Wang Sen smiled cynically and said, "This man was once your benefactor. The girl was the daughter of Master Chen who lived next to the Gourd Temple. Her maiden name was Ying lien.</font><div> </div> 84) Dengan agak terkejut Yu-tsun bertanya dengan cemas, "Diakah itu? Saya dengar Tuan Chen pindah ke rumah mertuanya sesudah kebakaran besar, Sejak itu saya tidak mendengar berita tentang dia. Bagaimana ini bisa terjadi?" <br> <font color="#167efb">(84) A bit shocked, Yu-tsun asked anxiously, "Was it her? I heard that Master Chen went to his in-laws after a big fire. I haven't heard about him since. How could this happen?"</font><div> </div> 85) Wang Sen menceritakan kepada Yu-tsun, bahwa pada usia lima tahun Ying-lien diculik. Penculiknya itu membesarkannya dan membawanya ke sini untuk dijual. Secara kebetulan mereka menyewa rumahnya. Ia mengenali kembali Ying-lien dari tahi lalat merah di antara alisnya. <br> <font color="#167efb">  (85) Wang Sen told Yu-tsun that at the age of five, Ying-lien was kidnapped. The kidnapper brought her up and brought her here to sell. Coincidentally, they rented his house. He recognised Ying-lien by the red birth mark between her eyebrows.</font><div> </div> 86) Yu-tsun menarik napas panjang dan berkata, "Ini adalah suatu kekeliruan besar. Ying-lien diculik dan menderita selama bertahun tahun. Akan baik jadinya seandainya ia menikah dengan Feng-yuan. Sebaliknya, malah timbul kesulitan." <br> <font color="#167efb">(86) Yu-tsun sighed and mused, "It is really a sin. Ying-lien was kidnapped and has suffered for years. It would be a good thing if she married Feng-yuan. But rouble cropped up instead."</font><div> </div> 87) Ia berkata dalam hati, "Bagaimana aku harus memutuskan kasus ini?" Wang Sen melihat Yu-tsun merenung dengan kepala tertunduk. Menya dari bahwa ia sedang menghadapi kesulitan, Wang Sen bangkit lalu keluar. <br> <font color="#167efb">(87). He thought, "How do I pass my judgement on this case?" Wang Sen saw Yu-tsun musing with his head lowered. He knew that he had difficulties. He got up and went out. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 88) Sesudah Wang Sen pergi Chia Yu-tsun kehilangan akal. Ia berpikir, "Memang, dulu Cheng Shih-yuan membantuku. Hsueh bersalah dalam kasus pembunuhan ini." <br> <font color="#167efb">(88) After Wang Sen had gone, Chia Yu-tsun was at a loss for ideas. He thought, "By reason, Cheng Shih-yuan was my benefactor. Hsueh was wrong In this homicide case.</font><div> </div> 89) Namun ia berpikir lagi, "Aku didudukkan kembali dengan pengaruh Chia Cheng. Baru saja Wang Tze-teng datang sendiri untuk minta bantuan. Jika aku tidak membantu, masa depanku akan hancur." <br> <font color="#167efb">(89) But he thought again, "I was reinstated through the influence of Chia Cheng. Just now, Wang Tze-teng came personally to ask for help. If I don't oblige, my future may well be ruined."</font><div> </div> 90) Yu-tsun menundukkan kepalanya dan hanya memikirkan keuntungannya dalam mengurus kasus ini. Ketika ia menegakkan kepalanya, dilihatnya Wang Sen memasuki ruangannya sambil tersenyum lebar. Pada saat itu ia sudah mendapat gagasan, namun berpura-pura akan membicarakannya dengan Wang Sen bagaimana memecahkan kasus itu. <br> <font color="#167efb">{90) Yu-tsun lowered his head, and merely thought of the interests he had in dealing with the case. When he turned up his head, he saw Wang Sen smiling broadly as he entered. By this time, he had already hit upon an idea but pretended that he would discuss with Wang Sen how to settle the case.</font> 91) Pembantu itu mengira bahwa Chia Yu-tsun betul-betul menganggapnya sebagai orang kepercayaannya. Maka ia mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Yu-tsun. <font color="#167efb">(91) The attendant thought that Chia Yu-tsun really regarded him as a confidant. So he walked up closer and whispered something in the ear of Yu-tsun.</font><div> </div> 92) Yu-tsun berpura-pura bimbang dan berkata, "Yang engkau katakan memang benar. Namun, kasus ini melibatkan nyawa seseorang. Bagaima na saya dapat memutarbalikkan hukum demi kepentingan pribadi saya. Saya tidak dapat melakukan hal itu." Meskipun ia berkata demikian, jauh di dalam hatinya ia setuju dengan pembantu itu. <br> <font color="#167efb">(92) Yu-tsun pretended to be hesitant and said, "What you have said is right. But, this case involves the life of a person. How could I twist the law to suit my personal interst. I couldn't bear to do that." Although he said so, he agreed to the attendant's idea deep down his heart.</font><div> </div> 93) Keesokan harinya Chia Yu-tsun memeriksa ulang penggugat dan penculiknya. Penggugat mengulang pernyataan sebelumnya, "Tersangka dan pembantu-pembantunya lari. Saya mohon agar Yang Mulia menang kap mereka supaya orang-orang jahat lenyap dan orang-orang yang tidak berdosa dilindungi." <br> <font color="#167efb">(93) On the next day, Chia Yu-tsun cross-examined the plaintiff and the kidnapper. The plaintiff repeated what he had earlier said, "The criminal and his servants have escaped. I beg your Honour to arrest them to eliminate the villains and protect the innocent people." </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 94) Yu-tsun langsung berpura-pura menanggapi hal itu secara serius. Ia mencela tersangka atas perbuatannya yang melawan hukum karena kekayaan dan pengaruhnya. <br> <font color="#167efb">(94) Yu-tsun immediately pretended to take it seriously. He scolded the criminal for illegal acts because of his wealth and influence.</font><div> </div> 95) Sesungguhnya di ibu kota Hsueh Pan bebas bagaikan burung. Di mana polisi dapat menangkapnya? Chia Yu-tsun, yang sudah mengetahui hal ini, berpura-pura marah dan memerintahkan agar keluarga dan pemban tu-pembantunya ditangkap. <br> <font color="#167efb">(95) Actually, Hsueh Pan was as free as a bird in the capital. Where could the police get him? Chia Yu-tsun, who already knew it, pretended to be furious and ordered few of his relatives and servants to be arrested.</font><br> 96) Orang-orang yang ditangkap diam-diam sudah diberi tahu apa yang harus dikatakan. Dalam sidang mereka mengatakan hal yang sama, "Sesudah kejadian itu, tuan Hsueh tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal dunia dalam waktu kurang dari setengah hari," <br> <font color="#167efb">(96) Those who were arrested had actually been told secretly what to say. At the court, they chorused, "After the incident, Master Hsueh suddenly fell sick and passed away in less than half a day."</font><div> </div> 97) Bagaimana mungkin penggugat itu percaya? Chia Yu-tsun berteriak,"Meskipun demikian keluarga tertuduh dan tokoh pemuka setempat tentunya sudah menyerahkan bukti tertulis." <br> <font color="#167efb">(97) How could the plaintiff believe? Chia Yu-tsun shouted, "Even so, the relatives of the criminal and the local gentry must have submitted a written evidence as a proof." </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 98) Bukti tertulis sudah disiapkan sebelumnya. Ketika membaca bukti itu, Chia Yu-tsun berbuat seakan-akan sudah yakin dan tidak mengatakan apa-apa. Penggugat tidak berdaya, bahkan seandainya mengetahui bahwa itu merupakan persekongkolan. <br> <font color="#167efb">(98) The written evidence had already been prepared. When Chia Yu-tsun read the evidence, he pretended to be convinced and said nothing. The plaintiff could not do anything about it, even if he knew that it was a up.</font><div> </div> 99) Ketika Yu-tsun mengetahui bahwa penggugat sudah menyerah, ia pura pura bermurah hati. Diperintahkannya keluarga Hsueh membayar lima ratus tael perak kepada keluarga Feng untuk biaya pemakamannya. Karena sendirian, penggugat tidak dapat berbuat apa-apa kecuali menurut. <br> <font color="#167efb">(99) When Yu-tsun saw that the plaintiff gave in under pressure, he pre tended to be charitable. He ordered the Hsueh family to pay five hundred taels of silver to the Feng family for funeral expenses. Single-handedly, the plaintiff could not help but to submit. </font><div><br></div> 100) Sementara itu, si penculik dihukum dan dipukuli, sebab dialah penyebab semua kejadian itu. Pada saat yang sama hakim mengeluarkan surat keputusan bernada keras sesuai hukum bagi penculik itu, seka dar untuk menarik perhatian. <br> <font color="#167efb">  (100) As for the kindapper, he was punished by being clubbed, because the incident occurred all because of him. At the same time, he wrote a strongly-worded verdict and dealt with the kidnapper severely according to the law as an eyewash. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 101) Ketika kasus itu sudah diselesaikan, Yu-tsun segera menulis surat kepada Chia Cheng dan Wang Tze-teng. Dalam surat itu ia mengatakan, "Kasus kemenakan laki-laki Anda telah selesai dan ditutup. Jangan khawatir." <br> <font color="#167efb">(101) When the case had been settled, Yu-tsun wasted no time in writing two letters to Chia Cheng and Wang Tze-teng. In the letters, he said, "The case against your nephew has been settled and closed. Please don't worry."</font><div> </div> 102) Chia Yu-tsun menjatuhkan keputusan yang berat sebelah dalam kasus itu. Ia mengira tidak ada yang mengetahui apa yang dikehendakinya. Namun, semua orang sebenamya mengetahui dengan persis bahwa hakim yang baru diangkat itu bersekongkol dengan orang-orang bera pengaruh dan memutarbalikkan hukum demi kepentingannya sendiri. <br> <font color="#167efb">(102) Chia Yu-tsun gave his biased verdict on the case. He thought that nobody knew what he was up to. But actually all the people knew very well that the newly appointed judge was collaborating with the influential and was twisting the law for his selfish ends.</font><div> </div> 103) Sementara itu Wang Sen mengira bahwa ia betul-betul teman karib Yu tsun. Karena dialah yang menyarankan cara memecahkan kasus itu. Ia membayangkan akan memperoleh hadiah, cepat atau lambat. Sebaliknya, Yu-tsun mempunyai rencana lain. <br> <font color="#167efb">  (103) As for Wang Sen, he thought that he was Yu-tsun's friend through thick and thin. Because he had suggested ways to settle the case, he imagined that he would be rewarded sooner or later. On the contrary, Yu-tsun had a different idea. </font><div><font color="#167efb"><br></font></div> 104) Yu-tsun khawatir kalau-kalau Wang Sen pada suatu hari nanti akan membuka rahasianya. Ia juga bersikap waspada terhadap Wang Sen, karena ia mungkin akan meminta sesuatu sebagai imbalan atas "jasanya" dalam kasus itu. Akhimya, dengan sengaja ja mencari-cari kesalahannya dan memecatnya. Ia dibuang ke suatu tempat yang jauh<br> <font color="#167efb">(104) Yu-tsun was scared that the attendant Wang Sen might one day reveal the secrets. He was also on guard against Wang Sen for he might extort favour in return for his 'credit' in the case. In the end, he purposely found fault with him and sacked him. He was exiled to a land far away. </font><div><br></div>